Struktur Sosial

Struktur Sosial
A. Definisi Struktur Sosial
Secara harfiah, struktur bisa diartikan sebagai susunan atau bentuk. Struktur tidak harus dalam bentuk fisik, ada pula struktur yang berkaitan dengan sosial. Menurut ilmu sosiologi, struktur sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Susunannya bisa vertikal atau horizontal.
Para ahli sosiologi merumuskan definisi struktur sosial sebagai berikut:
v     George Simmel: struktur sosial adalah kumpulan individu serta pola perilakunya.
v     George C. Homans: struktur sosial merupakan hal yang memiliki hubungan erat dengan perilaku sosial dasar dalam kehidupan sehari-hari.
v     William Kornblum: struktur sosial adalah susunan yang dapat terjadi karena adanya pengulangan pola perilaku undividu.
v     Soerjono Soekanto: struktur sosial adalah hubungan timbal balik antara posisi-posisi dan peranan-peranan sosial.

Continue reading

Pasar Tradisional Vs Pasar Modern

adanya sebuah perdagangan bebas sangat menicu adanya sebuah kecenderungan masyarakat dewasa ini untuk mengutamakan gengsi dari pada manfaat

dalam sosiologi industri sendiri ada istilah human impersonal dimana kecenderungan manusia untuk membeli sesuatu barang yang di anggapnya berkelas, padahal di lain sisi barang tersebut ada di pasar tradisional dimana semua barang di perjual belikan.

pasar tradisional yang saat ini jarang ditemukan di berbagai sudut permukiman penduduk padahal disisi lain dimana pusat pemukiman sekarang di dominasi olah berbagai pasar modern seperti di jogja sendiri yakni : AMPLAS (ambarukmo Plaza), Indomaret, Malioboro Mall, Alfa Mart Dll.

hal ini sangatlah membantu banyak hal dalam kehidupan masyarakat dimana semua orang telah mulai sibuk dengan pekerjaannya dan hanya mempunyai waktu luang ketika sore hingga malam hari sehingga hanya dapat mencari berbagai makanan dan minuman di pasar-pasar modern tersebut.

dilain sisi dimana pasar tradisional sangatlah mendorong adanya pelestarian kebudayaan dengan adanya interaksi simbolik antara pembeli dan penjual dimana seseorang dapat mudah akrab satu dengan yang lain ketika mereka berinteraksi di dalam kegiatan jual beli.

berbeda di pasar modern dimana mereka melayani sendiri dan sekadar berinteraksi hanya ketika membayar apa yang dibelinya.

 

itulah keuntungan dan kerugian adanya pasar modern yang sangat mendukung perekonomian masyarakat dan pasar tradisional yang ingin melestarikan kebudayaan.

KASUS SARA DI INDONESIA

Terdakwa Kasus Poso Divonis 10-19 Tahun

JAKARTA – Para terdakwa sejumlah kasus berbeda di Poso dan Palu, Sulawesi Tengah, divonis bervariasi antara 10 sampai 19 tahun penjara dalam persidangan terpisah di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (3/12).

Terdakwa penembakan Pendeta Irianto Kongkoli (Oktober 2006) dan peledakan Pasar Babi Mahesa di Palu (31 Desember 2005), Abdul Muis alias Muis bin Kamarudin, divonis 19 tahun penjara.

Sebelumnya lelaki kelahiran Palu itu dituntut 20 tahun penjara oleh jaksa.

Vonis 19 tahun juga dijatuhkan pada Rahman Kalahe alias Wiwin. Terdakwa itu dinyatakan bersalah melakukan pemenggalan kepala atau mutilasi tiga siswi SMA Kristen Poso tahun 2005.

Sementara, terdakwa kasus pengeboman Pasar Tentena, Poso, Syaiful Anam alias Mujadid alias Brekele, divonis 18 tahun penjara. Vonis ini lebih ringan dari tuntutan jaksa sebelumnya, yakni 20 tahun.

Adapun terdakwa Yudi Heriyanto Parsan alias Udit, dinyatakan terbukti melakukan permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana terorisme bersama Wiwin. Dia divonisi 10 tahun penjara karena melakukan survei pada tiga siswi sebelum Wiwin melakukan penembakan.

Hanya Tersenyum

Mendengar putusan vonis, Muis tampak senyam-senyum. Ia mengatakan pikir-pikir untuk mengajukan banding dalam sidang yang dipimpin hakim Aswan Nurcahyo tersebut. “Oh jelas nggak terimalah,” ujar Muis singkat saat meninggalkan persidangan.

Sementara, Brekele, setelah mendengar vonis yang dibacakan ketua majelis hakim Haryanto langsung berteriak “Allahu Akbar!”

Lelaki berusia 26 tahun asal Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar itu menyatakan pikir-pikir untuk mengajukan banding.

Ketua majelis hakim Aswan Nurcahyo, usai membacakan putusan, menyarankan agar Wiwin dan Yudi menerima putusan dengan lapang dada dan berdoa.

“Akan lebih baik Anda baca doa untuk semuanya, tanpa terkecuali. Karena ini akan bermanfaat supaya Anda punya kepercayaan diri lagi,” ujar Aswan. (dtc-62)

Dimuat di http://www.suaramerdeka.com/harian/0712/04/nas15.htm didownload   pada tanggal12 januari 2011 pada jam 21.50

Continue reading

eksistensi Sosiologi Dewasa ini

Banyaknya pola perilaku manusia yang sangat berbeda dengan kehidupan dahulu yang masih ada perjuangan. di kala ini di Indonesia khususnya sosiologi banyak berkembang dengan banyaknya kasus yang terjadi, dan banyaknya fenomena yang perlu di kaji lebih mendalam tanpa adanya sebuah cara pandang baik atau buruknya suatu keadaan.

dewasa ini ilmu sosiologi di Indonesia masih banyak di pengaruhi oleh tokoh-tokoh sosiologi dunia.

banyak sekali sebuah fenomena dikaitkan pada sebuah konsep mistis dan magis, juga pola pikir masyarakat indonesia yang cenderung semakin mengalami kompleksifitas namun dengan adanya pakar sosiologi di Indonesia hal-hal tersebut dapat dijelaskan secara nalar, realistis, dan secara metode yang benar.

 

7 tokoh sosiologi klasik

A. AUGUSTE COMTE

Memiliki nama panjang Isidore Marie Auguste François Xavier Comte. Comte lahir pada tanggal 19 Januari 1789 di kota Monpellier di Perancis Selatan, dari orang tua yang menjadi pegawai kerajaan dan penganut agama Katolik yang saleh. Auguste Comte mengharapkan bahwa segala sesuatu harus dibuktikan secara ilmiah atau empiris.

Perjalanan Hidup dan Karya Comte serta Pandangannya tentang Ilmu Pengetahuan. Auguste Comte adalah seseorang yang untuk pertama kali memunculkan istilah “sosiologi” untuk memberi nama pada satu kajian yang memfokuskan diri pada kehidupan sosial atau kemasyarakatan. Saat ini sosiologi menjadi suatu ilmu yang diakui untuk memahami masyarakat dan telah berkembang pesat sejalan dengan ilmu-ilmu lainnya. Dalam hal itu, Auguste Comte diakui sebagai “Bapak” dari sosiologi.

Auguste Comte pada dasarnya bukanlah orang akademisi yang hidup di dalam kampus. Perjalanannya di dalam menimba ilmu tersendat-sendat dan putus di tengah jalan. Berkat perkenalannya dengan Saint-Simon, sebagai sekretarisnya, pengetahuan Comte semakin terbuka, bahkan mampu mengkritisi pandangan-pandangan dari Saint-Simon. Pada dasarnya Auguste Comte adalah orang pintar, kritis, dan mampu hidup sederhana tetapi kehidupan sosial ekonominya dianggap kurang berhasil. Comte menganut agama Humanitas, dia terpengaruh oleh Laurence.

Sosial Statics Dan Sosial Dynamics

1.      Menurut Comte social static adalah suatu studi tentang hukum-hukum aksi dan reaksi antara bagian-bagian dari suatu sistem sosial.

Social Static merupakan bagian yang paling elementer dari ilmu sosiologi, namun bukan merupakan bagian yang paling penting dari studi mengenai sosiologi karena merupakan hasil dari suatu pertumbuhan. Inilah yang kemudian oleh Comte di definisikan sebagai teori mengenai perkembangan dan kemajuan masyarakat manusia.

2.      Atas dasar tingkat perkembangan intelegensi manusia yang lebih tinggi dari binatang munculah dalam sosial dynamics maka adanya perkembangan masyarakat melalui 3 tahap, yaitu:

a.       Tahap Theologies : segala sesuatu dikaitkan dengan yang supernatural. Ada tiga tahap yakni :

  • Fetheism : segala hal yang terjadi bersumber dari supernatural dan semua benda mempunyai kekuatan jiwa.
  • Polytheism : percaya akan banyaknya dewa dan dipengaruhi oleh animeisme dan dinamisme.
  • Monotheism : gejala-gegala alam berpusat pada kekuatan tunggal yakni Yuhan Yanga Maha Esa.

b.      Tahap Metaphisik : perantaa dari teologis ke positive.

c.       Tahap Positvistis/Rasional/Ilmiah : segala sesuatu dibuktikan dengan data empiris. Seorang ilmuan tidak boleh dipengaruhi emosionalnya.

B. EMILE DURKHEIM

Lahir di Epinal di propinsi Lorraine di Perancis Timur pada 15 April 1858. Collective Consiusness merupakan dasar dari setiap teori-teori Emile Durkeim. Durkheim wafat tanggal 15 November 1917. The Diivision of Labor in Society (1893); The Rules of Sociological Method (1895); Suicede (1897); The Elementari Form of Religious Life (1912)

Teori yang dikemikakan oleh Emile Durkheim:

1. Fakta Sosial (The Rule Of Sociological Method)

Yaitu seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari manifestasi-manifestasi individu.

2. Teori Bunuh Diri (Suicide)

Durkheim memusatkan perhatiannya kepada 3 macam kesatuan sosial yang pokok di dalam masyarakat, yaitu:

  • Bunuh diri di dalam kesatuan agama: rasa ingin menjadi pahlawan.
  • Bunuh diri di dalam kesatuan keluarga: rasa kolektivitas besar.
  • Bunuh diri dalam kesatuan politik.

Jenis bunuh diri:

a.       Bunuh diri egoistis (egoistic suicide)

Yaitu bunuh diri yang dilakukan oleh seseorang yang tidak dapat menolak role expectation (peranan yang diharapkan dari dirinya oleh masyarakat).

b.      Bunuh diri altruistik (altruistic suicide)

Yaitu seseorang melakukan bunuh diri karena merasa dirinya menjadi beban masyarakat, dan merasa kepentingan masyarakat lebih tinggi dibandingkan kepentingannya.

c.       Bunuh diri anomik (anomic suicide)

Yaitu bunuh diri yang dilakukan akibat tidak adanya aturan yang mengatur pola sikapnya.

d.      Bunuh diri fatalistik (fatalistic suicide)

Bunuh diri yang disebabkan oleh keadaan putus asa ataupun pasrah pada keadaan disekitarnya. Jika integrasi lemah, bunuh diri naik. Namun, jika integrasi kuat, bunuh diri rendah.

 

3. Teori Solidaritas (The Division of Labour in Society)

a.       Solidaritas mekanis (tidak terspesialisasi), ada pada masyarakat tradisional.

b.      Solidaritas organis (mulai terspesialisasi), ada pada masyarakat modern.

Konsekuensi dari mekanis ke organis yaitu individualisme mulai muncul.

 

4. Teori Tentang Agama (The Elementary Froms of Religious Life)

Asal mula agama adalah dari masyarakat itu sendiri. Setiap masyarakat selalu membedakan mengenai hal-hal yang dianggap duniawiyah. Terhadap hal-hal yang dianggap suci manusia selalu membeda-bedakan dengan yang tidak dianggap suci.

Agama merupakan perwujudan dari Collective Consciousness sekalipun selalu ada perwujudan-perwujudan yang lain. Dua hal pokok dalam agama menurut beliau yakni apa yang disebut kepercayaan dan apa yang disebut ritus atau upacara-upacara. Kepercayaan adalah merupakan bentuk dari pikiran dan upacara-upacara atau ritus merupakan tindakan.

 

C. KARL MARX

Dilahirkan pada tanggal 5 Mei 1818 di kota Trier di tepi sungai Rhine, beliau seorang keturunan orang borjuis. Namun, Marx dikenal sebagai penentang kaum borjuis. Buku Karl Marx yang  tentang pertentangan kelas. Kelas menurutàterkenal yaitu Das Kapital Marx adalah motor dari segala perubahan serta kemajuan. Hubungan sosial menurut Marx didasarkan posisi masing-masing terhadap sarana produksi.
Teori-teori Karl Marx:

 

 

a.       Teori Dialektika

Suatu pandangan mengenai pertentangan antara tesisi dan anti tesisi titik temunya akan membentuk tesis baru yang bertentangan begitu seterusnya atau pertentangan antara dus kelas yakni kelas yang memiliki dan menguasai alat produksi dan kelas yang tidak memiliki dan menguasai alat produksi, hal ini akan berjalan terus kalau belum terbentuk masyarakat utopia (masyarakat sosialis atau komunis).

b. Dinamika Perubahan Sosial

perubahan masyarakat melalui revolusioner dimulai dari:

a.       Tradisional/property: hunting and fishing

b.      Feodal : tanah sudah mengenal sewa

c.       Kapitalis : kapital majikan yang menguasai alat-alat produksi dengan buruh di lain pihak.

d.      Sosialis : yang mempunyai hak milik adalah negara (state). Suatu masa transisi menuju komunis. Pada tahap ini masih ada negara yang mengatur, maka muncul birokrasi rakyat atau dictator ploretariat setelah negara dilebur, maka munculah komunis.

e.       Komunis : cita-cita tidak mempunyai kuasa dan yang dikuasai. Masyarakat komunis melihat ini sebagai suatu ideology yang harus dilaksanakan. Komunis yang melahirkan masyarakat: tanpa kelas, tanpa milik, tanpa kekuasaan dan tanpa perbedaan

3. Teori Kelas

Yaitu sekelompok orang-orang yang memiliki fungsi dan tujuan yang sama dalam organisasi produksi. Ada tiga kelas masyarakat menurut Marx yaitu:

a. Kelas pemilik tanah

b. Kelas pemilik modal

c. Kelas pekerja

 

4. Teori Alienasi

Bahwa kelangsungan hidup manusia serta pemenuhan kebutuhannya tergantung pada kegiatan produktif, dimana orang terlibat dalam mengubah lingkungan fisiknya tetapi sebagai konsekwensinya bahwa manusia harus menyesuaikan diri dengan produksinya itu yang membatasinya sebagai manusia walaupun manusialah yang menciptakan.

Empat unsur dasar alienasi:

a.                 Pekerja di dalam masyarakat kapitalis teralienasi dari aktivitas produksi mereka.

b.                Pekerja tidak hanya teralienasi dari aktivitas produksi tetapi juga dari tujuan aktivitas tersebut/ produk.

c.                 Pekerja dalam kapitalisme teralienasi dari sesama pekerja.

d.                Pekerja dalam masyarakat kapitalis teralienasi dari potensi kemanusian mereka sendiri.

 

D. MAX WEBER

Weber adalah seorang sosiolog yang ahli kebudayaan, ahli politik, hukum, bahkan ekonomi. Weber merupakan anak tertua dari tujuh bersaudara, lahir pada tanggal 21 April 1864 di Erfurt Jerman. Ia meninggal dunia pada 14 Juni 1920 ketika mengerjakan karya terpentingnya yakni Economy and Society. Dari sekian banyak karyanya yang termasyur antara lain: Wirtschaft und Gessellschaft; Gesammelte Aufsatze zur Wissenschaftlehre. Karyanya yang paling fenomenal yakni Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism.

Teori yang dikemukakan oleh Weber adalah kelas dan status,  kekuasaan, dan rasionalitas.

 

 

1. Tindakan Sosial

Beliau menganggap sosiologi adalah suatu ilmu yang berusaha memahami tindakan-tindakan sosial dengan menguraikannya dengan menerangkan sebab-sebab tindakan tersebut. Weber memisahkan empat tindakan sosial di dalam sosiologinya, yaitu apa yang disebutnya dengan:

a.       Rasional instrumental (zweck rational) yakni tindakan sosial yang menyandarkan diri pada pertimbangan-pertimbangan manusia yang rasional ketika menanggapi lingkungan eksternalnya.

b.      Rasional berorientasi nilai (wert rational) yakni suatu tindakan sosial yang menyandarkan diri pada suatu nilai-nilai absolut tertentu.

c.       Afektif/ affectual: yaitu suatu tindakan sosial yang timbul karena doronan atau motivasi yang sifatnya emosional.

d.      Tradisional yaitu tindakan yang didorong dan berorientasi kepada tradisi masa lampau.

2. Teori Kekuasaan dan Wewenang

Kekuasaan menurut weber adalah kemampuan untuk memaksakan kehendak meskipun sebenarnya mendapat tentangan atau tantangan dari orang lain.

Tiga jenis legitimasi atau wewenang menurut Weber:

a.       Wewenang tradisional

Berlandas pada kepercayaan yang mapan terhadap kekudusan, tradisi zaman, serta legitimasi status berdasarkan otoritas.

b.      Wewenang kharismatik

Mutu luar biasa yang dimiliki seseorang dan tidak dimiliki oleh orang lain.

 

 

c.       Wewenang rasional – legal

Berdasar pada komitmen terhadap seperangkat aturan yang diundangkan secara resmi dan diatur secara impersonal (resmi dan umum).

3. Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme

Dimana weber meneliti berbagai agama yang ada di dunia dan menemukan sebuah kesamaan dimana keluarga atau negara yang mayoritas memeluk agama Protestan memiliki konsep hidup hemat dan cenderung menjadi lebih kaya dari pada negara yang mayoritas memiliki agama lain. Di awal periode  kapitalisme, agen terpenting adalah orang protestan. Dan ini diteliti oleh Max Weber  khususnya dalam penggerak kapitalisme, yang salah satunya adalah keyakinan agama mereka yang mengahsilkan motivasi aktivitas pro kapitalis yang berorientasi pada kehidupan duniawi.

.

E. GEORG SIMMEL

Lahir tahun 1858 di pusat kota Berlin, ayahnya seorang pedagang Yahudi kaya. Simmel menerima gelar doctor dari Universitas Berlin tahun 1881 dan mulai mengajar di sana tahun 1885. Selama lima belas tahun dia tetap sebagai dosen-privat (privatdozent, yakni dosen yang tidak dibayar yang gajinya berdasarkan pembayaran mahasiswa). Kemudian dia menerima gelar “Profesor Luar Biasa”, tetapi hanya merupakan kehormatan belaka tanpa kompensasi uang. Simmel akhirnya meninggalkan Universitas Berlin tahun 1914, untuk menerima posisi sebagai profesor penuh pada Universitas Strasbourg, namun malang kehidupan akademisnya segera terhenti karena pecah perang.
Karya atau pemikiran-pemikiran Simmel terpengaruh dari beberapa tokoh. Dalam karyanya On Social Differentiation, Simmel terpengaruh dari model evolusi Spencer. Pembedaan Simmel antara bentuk dan isi terpengaruh pada Filsafat Kant, yaitu seorang ahli filsafat dari Jerman. Pemikiran dialektis yang dikemukakan Simmel merupakan pengaruh analisa dialektik dari Hegel.

Teori-teori Simmel yaitu:

a. Pemikiran Dialektis.

Yaitu suatu pemikiran dimana individu memiliki hubungan yang bersifat dualistis. Disatu pihak dia merupakan anggota masyarakat dan disosialisasikan di dalam masyarakat tersebut, tetapi pada waktu yang sama dia juga menentang masyarakat itu sendiri. Pemikiran Dialektik merupakan salah satu teori Simmel yang paling terkenal.

b. Interaksi Sosial.

Simmel mencoba membedakan bentuk dan isi dari interaksi. Bentuk yang dibedakan dari isinya disebut Sosiabilita. Selain sosiabilita, Simmel juga membedakan tentang Superordinasi dan Subordinasi.

Tiga wilayah masalah dalam sosiologi menurut Simmel yaitu:

a.       Sosiologi murni, tentang variabel-variabel sosialisasi dan interaksi.

b.      Sosiologi umum yang membahas produk sosial dan cultural.

c.       Sosiologi filosofis.

 

F. HERBERT SPENCER

Dilahirkan di kota Derby Inggris pada 27 April 1820 dan meninggal pada tahun 1930. Spencer membagi masyarakat menjadi dua tipe yaitu masyarakat industri dan masyarakat militer. Herbert terpengaruh oleh teori Darwinisme hingga munculah teori Darwinisme Sosial atas perkenalan Spencer dengan istilah Survival of the Fittest.

1. Teori Darwinisme Sosial (perkembangan masyarakat) :

a.          Struggule of life

b.      Survival of the vitaes; bagaimana masyarakat dapat bertahan dari tantangan dan situasi.

c.          Natural selection; adanya seleksi alam

d.      Progress

Dalam perkembangannya dalam masyarakat terjadilah empat tahap dalam proses penggabungan teori:

a.       Penggandaan (penambahan)

b.      Kompleksifikasi

c.       Pembagian/ diferensiasi

d.      Pengintegrasian

2. Kebenaran Universal

a.          Adanya materi yang dapat rusak

b.      Adanya kesinambungan gerak

c.          Adanya tenaga dan kekuatan yang terus menerus.

 

G. FERDINAND TONNIES

Ferdinand Tonnies lahir pada tahun 1855 dan wafat pada tahun 1936. Ia merupakan salah seorang sosiolog Jerman yang turut membangun institusi terbesar yang sangat berperan dalam sosiologi Jerman. Ferdinand Tonnies memiliki berbagai karya diantaranya Gemeinschaft dan Gesellschaft (yang dipublikasikan pertamakali pada tahun 1887)

1. Teori Masyarakat

a.          Zweckwille, yaitu kemauan rasional yang hendak mencapai suatu tujuan. Zweckwille, apabila orang hendak mencapai suatu tujuan tertentu dan mengambil tujuan rasional kearah itu. Lebih menonjol di kalangan pedagang, ilmuwan dan pejabat-pejabat umumnya orang tua yang bersikap lebih rasional dan berkepala dingin daripada orang muda.

b.      Kurwille, yaitu dorongan batin berupa perasaan. Triebwille bersumber pada selera perasaan, kecenderungan psikis, kebutuhan biotis, tradisi atau keyakinan orang. paling menonjol dikalangan petani, orang seniman, rakyat sederhana, khususnya wanita dan generasi muda.

2. Gemeinschaft dan Gesselchaft

a.         Teori Gemeinschaft (paguyuban)

Merupakan bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal.

b.      Teori Gesselschaft (patembayan)

Merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka (imaginary) serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin.

3. Teori evolusi tanpa kemajuan

Evolusi terjadi secara berlawanan dengan kebutuhan manusia, lebih menuju kearah memperburuk ketimbang meningkatkan kondisi kehidupan manusia.

4. Teori nilai

Menurut Tonnies, “Kehidupan bersama berasal dari kemauan manusia.” tentang bagaimana etika yang ada dalam masyarakat dan bagaimana estetika yang di hargai

POLEMIK KOTA JOGJA

Sri Sultan Hamengku Buwono dan Sri Paduka Paku Alam memiliki kedudukan sangat penting. Dari waktu ke waktu, beliau telah menunjukkan peran dwi tunggal dalam memimpin DIY.

Pejabat yang menjadi penjaga keluhuran dan kebijaksanaan dwi tunggal yang memimpin DIY ini adalah Kepala Daerah. Karena itulah kepala daerah, dalam usulan kami, setara dengan kepala daerah di propinsi lain. Pengisian jabatan kepala daerah bisa melalui pemilihan. Hanya saja ada sejumlah ketentuan tambahan mengigat kepala daerah menjalankan pemerintahan dalam bingkai arahan dan kearifan sang Dwi Tunggal tadi.

dalam kasus yang sangat rentan antara pihak pemerintah yang di pimpin oleh Presiden SBY sendiri dan Pihak Kraton yang di Pimpin oleh penguasa kraton yakni Sri Sultan HB X menjadi sangat intrik dengan adanya saling mengalahkan dengan diajukannya RUUK dari Presiden dan dari pihak Kraton sendiri.

polemik kota jogja sebenarnya sangatlah rentan untuk membuat bangsa Indonesia terjadinya perpecahan hingga banyaknya rakyat jogja yang malah menjadi semakin anarkis dengan memasang spanduk dengan embel-embel “RAKYAT JOGJA SIAP REFERENDUM” menjadikan rakyat jogja seolah-olah menjadi kontra dengan pihak pemerintah.

dilain sisi pemerintah menurut pengakuan Dr Purwo Santoso: Keistimewaan Yogya dalam Bahasa Pemerintahan
dalam detik news.com menjadikan adanya titik temu yang jelas dari pihak pemerintah dengan adanya RUUK yang baru yang menjadikan Kraton lebih tinggi dari pemerintah namun tidak menuntut adanya campur tangan pihak kraton dari perpolitikan di Indonesia.

menurut saya pribadi hal tersebut akan menjadikan Raja dari Kraton JOGJA menjadi lebih terkekang dalam bersosialisasi kepada masyarakat dimana jika adanya peran pemerintah yang terlalu eksis (lebih cepat dalam bersosialisasi kepada rakyat) sehingga membuat adanya kraton akan seperti tidak di akui lagi.

PEMILWA UNY

PEMILU MAHASISWA DI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Protes dan Demonstrasi dilakukan dengan mengatasnamakan keadilan dilakukan didepan Rektorat oleh berbagai golongan lembaga dan fakultas setelah adnya keputusan KPU tentang pengurangan perolehan suara atas pelanggaran yang dilakukan.

Adanya sebuah ketimpangsiuran tentang adanya sebuah proses pemilihan mahasiswa di Universitas Negeri Yogyakarta setelah beredarnya kasus KPU (Komisi Pemilihan Umum –red) Universitas yang memihak salah satu partai terpilih menjadikan sebuah putusan dari BEM  ( Badan Eskekutif Mahasiswa Republik Mahasiswa –red) memutuskan untuk memecat KPU dengan dalih ketidakprofesionalan tersebut.

Padahal di lain sisi sebuah kegoncangan tersebut terjadi dikarenakan setelah terbukti melakukan pelanggaran (salah satu partai terpilih) kemudian KPU mempunyai keputusan untuk memberikan sanksi berupa pemotongan perolehan suara dari partai, yakni : 20% untuk partai KITTA dan 65% untuk partai TUGU sementara Partai Gaul dengan perolehan suaranya tetap mampu untuk mengungguli kedua partai tersebut (disadur dari keputusan KPU Univ. Tanggal 28 Desember 2010).

Hal ini menjadikan sebuah kegoncangan dalam pemeriksaan oleh DPM REMA UNY yang menganggap keputusan KPU tersebut sangatlah tidak professional dan kemudian memberikan laporan kepada BEM untuk memberikan sanksi bahwa KPU perlu untuk diberhentikan.

Padahal semestinya dalam kenyatanya sebuah lembaga independent seperti kpu itu mempunyai kedudukan lebih tinggi atau setara dengan lembaga eskekutif seperti bem rema. Dengan kata lain dalam konteks ini, pemecatan yang dilakukan bem rema kepada kpu tersebut sangatlah tidak wajar, walaupun dalam konteks ini BEM sebagai lembaga yang melantik adanya KPU, namun akankan lembaga independent dapat di nonaktifkan tanpa sepengetahuan salah satu pihak dan APAKAH DALAM BEM SENDIRI TERDAPAT SESUATU HAL YANG MENJADIKAN LEMBAGA TERSEBUT DENGAN KEKUASAANNYA MEMBUAT KEPUTUSAN YANG SANGAT MENGAGETKAN?

Kebingungan ini nampak ketika BEM hanya menjadikan keputusannya tersebut sebagai posting di salah satu website ternama (FB –red). Dan dalam konteks untuk memecat, menggantikan KPU yang lama dan membuat sebuah perekrutan dalam bentuk online juga melalui posting dalam website tersebut. PADAHAL DALAM KEPUTUSANNYA MEMBUAT DAN MELANTIK KPU 1X24 JAM NAMUN HANYA DALAM KURUN WAKTU HAMPIR 10 JAM SUDAH DILAKSANAKAN PEMECATAN, PEREKRUTAN DAN SEKALIGUS PELANTIKAN TANPA MEMBERITAHU SIAPA YANG DIPECAT, SIAPA YANG DI REKRUT DAN SIAPA YANG DILANTIK, DAN UNTUK MENEMPATI POSISI YANG MANA DAN BAGAIMANA TUGASNYA.

Setelah hal itu dideklarasikan oleh lembaga tersebut secara sepihak BEM , DPM dan segenap KPU yang baru dilantik kemudian mengadakan proses penghitungan ulang dengan mengundang 3 partai terpilih. Namun dengan adanya sesuatu yang dirasa ganjil oleh salah satu partai tersebut kemudian dilakukan protes dengan berbagai argumen tentang BEM yang sangat memihak pada salah satu partai yang menjadi kontrofersi. Namun seakan hal tersebut tidak menjadi problema dalam BEM sendiri maka protes salah satu partai tersebut hanya menjadi sebuah argumen semata dan tanpa anggapan yang jelas tanpa bukti dan hanya sebuah rekayasa (padahal ketua KPU baru pun sudah mengakui bahwa mereka pun tidak sah) hal ini aneh bin mustahil?

AKANKAH INI POTRET KEHIDUPAN POLITIK KAMPUS YANG SEBENARNYA DI UNY?

Ataukah

HANYA SEBUAH STATMENT SEBUAH KEKUASAAN YANG DISELEWENGKAN OLEH SEBUAH PENGUASA YANG TIDAK JELAS JUNTRUNGANNYA?

karl marx dan emile durkheim

Marx tidak semata-mata menjadi seorang komunis dengan begitu saja. Banyak tokoh yang ikut andil dan berperan dalam menjadikan Marx seorang yang berpandangan komunisme, antara lain Hegel, Feuerbach, Smith, juga Engels. Keempatnya, terutama filsafatnya Hegel, Feuerbach dan Engels, sangat kental mewarnai pemikiran Marx. Secara spesifik memang filsafatnya Hegel, yaitu yang berkaitan dengan konsep dialektik, menjadi titik tolak pemikiran Marx meskipun Marx mengkritisi filsafat itu karena dianggapnya sangat idealistik dan memiliki konsep yang terbalik. Marx sendiri mengemukakan konsep dialektika materialistik yang mengacu kepada berbagai struktur sosial yang di dalamnya tercermin konflik sosial dan juga menggambarkan upaya-upaya pembebasan atas eksploitasi para majikan kepada kaum buruh dalam semua proses produksi. Marx, juga menyoroti perkembangan dan kebangkitan kapitalisme, di mana pandangan-pandangannya dianggap identik dengan gerakan pembebasan kaum buruh yang miskin dan tertindas oleh mereka yang memiliki berbagai sarana produksi, yaitu kaum borjuis. Konflik atau pertentangan kelas serta upaya-upaya pembebasan inilah yang menjadi titik sentral ajarannya Marx. Dialektika dan Struktur Masyarakat Kapitalis Perkembangan pemikiran Marx memang tidak lepas dari pengaruh filsuf-filsuf hebat seperti Hegel, Feuerbach, Smith, juga Engels. von Magnis membagi lima tahap perkembangan pemikiran marx yang dibedakan ke dalam pemikiran ‘Marx muda’ (young Marx) dan ‘Marx tua’ (mature Marx). Gagasan dan pemikirannya terutama diawali dengan kajiannya terhadap kritik Feuerbach atas konsep agamanya Hegel yang berkaitan dengan eksistensi atau keberadaan Tuhan. Marx yang materialistik benar-benar menolak konsep Hegel yang dianggapnya terlalu idealistik dan tidak menyentuh kehidupan keseharian. Bagi Marx, agama hanya sekedar realisasi hakikat manusia dalam imajinasinya belaka, agama hanyalah pelarian manusia dari penderitaan yang dialaminya. Agama inilah yang merupakan simbol keterasingan manusia dari dirinya sendiri. Marx mengadopsi sekaligus mengkritisi dialektikanya Hegel yang dianggapnya tidak realistik itu. Marx juga menganggap filsafatnya Hegel, yang idealistik itu, memiliki konsep yang terbalik. Atas hal ini, Marx mengemukakan konsep dialektika materialistik yang mengacu kepada berbagai konsep struktur sosial. Dimana di dalamnya tercermin konflik sosial dengan yang menggambarkan upaya-upaya pembebasan atas eksploitasi para majikan kepada kaum buruh dalam semua proses produksi yang melibatkan dua kelas sosial yang berbeda, proletar dan borjuis. Kelas sosial inilah yang nantinya harus tidak ada karena, menurut Marx, pada suatu saat akan terwujud masyarakat komunisme; yaitu masyarakat sosialis karena runtuhnya kapitalisme, di mana di dalamnya tidak ada lagi kelas-kelas sosial dan tidak ada lagi hak kepemilikan pribadi. Inilah masyarakat yang menjadi obsesi Marx. Untuk mewujudkan hal ini, menurutnya, perlulah dilakukan analisis terhadap sistem ekonomi kapitalis. Durkheim dan Fakta Sosial Durkheim yang dikenal taat pada agama tetapi sekuler itu, dalam perjalanan ‘karirnya’ dipengaruhi oleh tokoh-tokoh filsafat dan sosiologi, seperti Montesquieu, Rosseau, Comte, Tocquueville, Spencer, dan Marx. Durkheim menyoroti solidaritas sosial sampai patologi sosial yang juga mengkaji tentang kesadaran bersama, morfologi sosial, solodaritas mekanik dan organik, perubahan sosial, fungsi-fungsi sosial, termasuk solidaritas dan patologi sosial. Durkheim memang berangkat dari asumsi bahwa sosiologi itu merupakan studi mengenai berbagai fakta sosial di mana di dalamnya ia menguraikan mengenai konsep sosiologinya serta berbagai karakteristik dari fakta-fakta sosial dimaksud. Ia juga menjelaskanmengenai cara-cara mengobservasi berbagai fakta sosial dengan melakukan analisi sosiologis. Sedangkan mengenai fenomena moralitas yang menyangkut berbagai keyakinan, nilai-nilai, dan dogma-dogma (yang membentuk realitas metafisik) ia dekati juga dengan menggunakan metode ilmu pengetahuan. Durkheim memang sepaham dengan pemikiran Comte bahwa ilmu pengetahuan itu haruslah dapat membuat manusia hidup nyaman. Upayanya untuk memahami berbagai fenomena bunuh diri melahirkan salah satu karya besarnya Suicide (‘Bunuh Diri’) Bunuh Diri, Agama, dan Moralitas Bagi Durkheim, bunuh diri, yang bermacam-macam bentuk (egoistic suicide, altruistic suicide, anomic suicide, dan fatalistic suicide), itu memang merupakan penyimpangan perilaku seseorang. Bagaimana bunuh diri itu terjadi atau dilakukan oleh seseorang, menurut Durkhiem, disebabkan oleh benturan dua kutub integrasi dan regulasi di mana kuat dan lemahnya kedua kutub itu akan menyebabkan orang melakukan bunuh diri. Di sinilah, begitu Durkheim menekankan, pentingnya agama bagi seseorang untuk menghindarkan dari berbagai penyimpangan yang mungkin terjadi. di mana unsur-unsur esensial dari agama itu mencakup berbagai mitos, dogma, dan ritual, yang kesemuanya merupakan fenomena religius yang dihadapi manusia. Dalam kaitan ini, ada hal-hal yang sifatnya ‘suci’ (sacred) dan juga ada hal-hal yang sifatnya ‘tidak suci’ (profane) yang pemisahan antara keduanya menunjukkan kepada pemikiran-pemikiran religius yang dilakukan manusia. Harus diperhatikan bahwa di dalam agama, khususnya yang menyangkut ritual keagamaan, ada yang dinamakan ritual negatif dan juga ritual positif. Bagi Durkheim, moralitas itu merupakan suatu aturan yang merupakan patokan bagi tindakan dan perilaku manusia (juga dalam berinteraksi). Konsepnya mengenai moralitas ini merujuk pada apa yang dinamakan norms (norma-norma) dan rules (aturan-aturan) yang harus dijadikan acuan dalam berinteraksi. Sumber Buku Teori Sosiologi Klasik Karya Boedhi Oetoyo, dkk.

Sosiologi

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.

Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya.[rujukan?] Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Sejarah istilah sosiologi

Potret Auguste Comte.

  • 1842: Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi.[rujukan?] Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada abad ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial.[rujukan?] Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia.[rujukan?] Comte membedakan antara sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat dan sosiologi dinamis dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan. Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi.[rujukan?] Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa).[rujukan?] Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.[rujukan?]
  • Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis.[rujukan?] Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
  • 1876: Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology dan memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
  • Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.
  • Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.
  • Di Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology.

[sunting] Pokok bahasan sosiologi

Pokok bahasan sosiolgi ada empat: 1. Fakta sosial sebagai cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut.[rujukan?]

Contoh, di sekolah seorang murid diwajidkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid).

2. Tindakan sosial sebagai tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain.[rujukan?]

Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial.

3. Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia.[rujukan?] Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah persmasalahan (troubles) dan isu (issues). Permasalahan pribadi individu merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Isu merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu.

Contoh, jika suatu daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu adalah masalah. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota tersebut ada 12 juta penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran tersebut merupakan isu, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.

4. Realitas sosial adalah penungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.

[sunting] Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi

Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat. Sosiologi sebagai ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu pengetahuan. Menurut Harry M. Johnson, yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut.[1]

  • Empiris, yaitu didasarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulasi (menduga-duga).
  • Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori.
  • Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
  • Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.

Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sebagai berikut.[2]

  • Sosiologi adalah ilmu sosial karena yang dipelajari adalah gejala-gejala kemasyarakatan.
  • Sosiologi termasuk disiplin ilmu normatif, bukan merupakan disiplin ilmu kategori yang membatasi diri pada kejadian saat ini dan bukan apa yang terjadi atau seharusnya terjadi.
  • Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni (pure science) dan ilmu pengetahuan terapan.
  • Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak dan bukan ilmu pengetahuan konkret. Artinya yang menjadi perhatian adalah bentuk dan pola peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.
  • Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.
  • Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut metode yang digunakan.
  • Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya sosiologi mempunyai gejala-gejala umum yang ada pada interaksi antara manusia.

[sunting] Objek Sosiologi

Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai beberapa objek.[3]

Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antara manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.

Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau masyarakat. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.

[sunting] Ruang Lingkup Kajian Sosiologi

Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi mengkaji lebih mendalam pada bidangnya dengan cara bervariasi.[4] Misalnya seorang sosiologi mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di Indonesia saat ini, mereka akan mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Hampir semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun di kota baik individu ataupun kelompok, merupakan ruang kajian yang cocok bagi sosiologi, asalkan menggunakan prosedur ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi lebih luas dari ilmu sosial lainnya.[5] Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok di lingkugan masyarakat. Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut jika dirincikan menjadi beberapa hal, misalnya antara lain:[6]

  • Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan dengan produksi, distribusi,dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam;
  • Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan dengan apa yang dialami warganya;
  • Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, misalnya usaha kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat, dan sebagainya.

Sosiologi menggabungkan data dari berbagai ilmu pengetahuan sebagai dasar penelitiannya. Dengan demikian sosiologi dapat dihubungkan dengan kejadian sejarah, sepanjang kejadian itu memberikan keterangan beserta uraian proses berlangsungnya hidup kelompok-kelompok, atau beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari kelompok manusia. Sebagai contoh, riwayat suatu negara dapat dipelajari dengan mengungkapkan latar belakang terbentuknya suatu negara, faktor-faktor, prinsip-prinsip suatu negara sampai perjalanan negara di masa yang akan datang. Sosiologi mempertumbuhkan semua lingkungan dan kebiasaan manusia, sepanjang kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia dan dapat memengaruhi pengalaman yang dirasakan manusia, serta proses dalam kelompoknya. Selama kelompok itu ada, maka selama itu pula akan terlihat bentuk-bentuk, cara-cara, standar, mekanisme, masalah, dan perkembangan sifat kelompok tersebut. Semua faktor tersebut dapat memengaruhi hubungan antara manusia dan berpengaruh terhadap analisis sosiologi.

[sunting] Perkembangan sosiologi dari abad ke abad

[sunting] Perkembangan pada abad pencerahan

Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran.

Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di abad pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya. Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa ini.

Berkembangnya ilmu pengetahuan di abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M), turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai tampak di abad ini. Para ahli di zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia.

[sunting] Pengaruh perubahan yang terjadi di abad pencerahan

Perubahan-perubahan besar di abad pencerahan, terus berkembang secara revolusioner sapanjang abad ke-18 M. Dengan cepat struktur masyarakat lama berganti dengan struktur yang lebih baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam masyarakat.

[sunting] Gejolak abad revolusi

Perubahan yang terjadi akibat revolusi benar-benar mencengangkan. Struktur masyarakat yang sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangasawan dan kaum Rohaniwan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, kini harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.

Revolusi Perancis berhasil mengubah struktur masyarakat feodal ke masyarakat yang bebas

Gejolak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan masyarakat yang besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi secara dini.

Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya :

  • Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya.
  • Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk akal.
  • Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan masyarakat sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.

[sunting] Kelahiran sosiologi modern

Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene merupakan tempat dimana sosiologi muncul pertama kalinya).

Pada permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar masyarakat pun tak terelakkan.

Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern.

Berkebalikan dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.

[sunting] Referensi

  1. ^ William D Perdue. 1986. Sociological Theory: Explanation, Paradigm, and Ideology. Palo Alto, CA: Mayfield Publishing Company. Hlm. 20
  2. ^ Kamanto Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Hlm. 5
  3. ^ James. M. Henslin, 2002. Essential of Sociology: A Down to Earth Approach Fourth Edition. Boston: Allyn and Bacon. Hlm 10
  4. ^ Pitirim Sorokin. 1928. Contemporary Sociological Theories. New York: Harper. Hlm. 25
  5. ^ Randall Collins. 1974. Conflict Sociology: Toward an Explanatory Science. New York: Academic Press. Hlm. 19
  6. ^ George Ritzer. 1992. Sociological Theory. New York: Mc Graw-Hill. Hlm. 28

 

http://id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi

sosiologi keluarga

Pengertian Sosiologi Keluarga

4 04 2010

Sosiologi keluarga : ilmu yang mengkaji tentang realitas sosiologis dari interaksi, pola, bentuk dan perubahan dalam lembaga keluarga, juga pengaruh perubahan/pergeseran masyarakat terhadap keluarga dan berpengaruh sistem dalam keluarga terhadap masyarakat secara umum. Mengapa  memperlajari ilmu sosiologi keluarga, karena awal muasal apa yang terjadi dalam masyarakat dan akan berpengaruh juga dalam masyarakat.

Definisi Keluarga

  1. Elliot  And Merrill : “…a group of two or more person residing together who are related by blood marriage or adaption.” adalag sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang hidup  bersama, atas dasar ikatan darah, perkawinan, atau adopsi.
  2. E. S. ogar dus : “the family is a small social group, normally composed of a father, a mother, and one or more children, in which affection and responsibility are equitably sharedd and in which the children are reared to become self controlled and socially motivated persons.”
  3. Mac Iver And Page : “family is group defined by a sex relationship sufficienly precise an during to provide for the up bringging of the children.”
  4. A. M. Rose : “a family is a group of  interacting person who recognize a relationship with each other based on common parentage, marriage and for adoption.”
  5. Khairuddin : keluarga adalah hubungan yang terjadi antar seketurunan maupun tambahan (adopsi) yang di atur oleh perkawinan secarah dengan keturunan-keturunan mereka yang merupakan satu kesatuan khusus.

Definisi secara umum : Keluarga adalah unit sosial atau kelompok sosial terkecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, satu atau lebih anak atau tanpa anak yang di ikat suatu perkawinan dimana di dalamnya terjadi adanya kasih sayang dan tanggung jawab dan dimana di dalamnya anak-anak dipelihara untuk menjadi seorang yang mempunyai rasa sosial.

Hubungan sosial di antara anggota keluarga relatif tetap dan di dasarkan atas ikatan darah, perkawinan atau adopsi. hubungan antara anggota keluarga di jiwai oleh suasana kaksih sayng dan rasa tanggung jawab. keluarga berfungsi untuk merawat, memelihara, dan melindungianak dalam rangka sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial, meliputi: tanggungjawab, toleransi, etika, saling mengasihi, kebersamaan, dll.

klasifikasi keluarga

  1. keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang di dalamnya memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anggota keluarga inti yaotu ayah, ibu, dan atau tanpa anak.
  2. keluarga batih (extended family) adalah keluarga yang di dalamnya memiliki anggota keluarga selain inti.

faktor terbentuknya keluarga, antara lain ;

  • Dorongan sex, muncul dari kesepakatan tiap-tiap individu untuk hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan biologis.
  • Dorongan memperoleh keturunan dan melanjutkan hubungan darah.
  • Alasan ekonomi, keluarga sebagai media untuk memperoleh penghasilan dan memenuhi kebutuhan hidup atar suami dan istri.
  • Alasan politis, orang yang memiliki partner (pasangan) lebih yakin dalam mengambil keputusan dan mencari solusi permasalahan karena dukungan moral dari pasangan.
  • budaya, ada kebiasaan negatif yang diberikan masyarat kepada seseorang jika telah mengalami masa terlambat maupun terlalu cepat perkawinan(kawin muda).

http://neezasty.wordpress.com/2010/04/04/sosiologi-keluarga/